Kadang, atau buat saya mungkin cukup sering, merambah sepi bisa jadi obat penawar sekaligus penenang atas segala kemelut dan masalah yang sedang mengelilingi dan gak memberikan sedikitpun celah pada cahaya harapan yang bisa membuat perasaan menjadi lebih baik. Mungkin benar pendapat teman saya yang mengatakan bahwa saya adalah seorang sadomasochist (orang yang menikmati rasa sakit). Kadang, rasa sakit bisa membuat saya merasa lebih baik. Paling tidak rasa sakit itu selalu membuat saya teringat untuk tidak membuat orang lain merasakan hal yang sama. Karena walaupun sering merasakan rasa sakit, bukan berarti menikmati dan menjadi lebih kebal. Hanya saja, saya lebih cepat pulih. Tapi tetap saja, rasa sakit itu gak pernah berubah, Sakit tetap sakit. Absolut sifatnya. Tapi buat saya paling sulit ketika harus menahan rasa sakit. Itu sebabnya saya berprinsip "It is better to be alone and lonely rather than lonely but You're not alone". Sekali lagi, sepi bisa jadi tempat pelarian dari masalah. Sekedar tempat berteduh, tempat singgah sementara. Walaupun waktu sifatnya relatif. Sebentar menurut saya belum tentu sebentar menurut orang lain.
Sepi bisa jadi Sanctuary. Tempat untuk menenangkan diri dan berkontemplasi. Merenung dan untuk dapat berpikir jernih; atau sekedar untuk menumpahkan rasa sedih. Kadang rasa hangat singgah ketika kita berada dalam sepi dan sedang sendiri. Kadang kita bisa lebih bahagia ketika berada dalam sepi dan sedang sendiri. Terlalu melankolis mungkin ... tapi mungkin juga nggak.
Bukan berarti saya menghindari keramaian. Buat yang sudah kenal dengan saya mereka pasti lebih dari sepakat bahwa saya lumayan berisik. Bahkan melewati ambang batas berisik yang normal dan diperbolehkan. Lumayan hyperackitve dan rame. Tapi kenapa yaa sepi sering sekali menjadi alternatif bagi saya untuk "melarikan diri"? Is it just me or it is also happen to everyone? Jawaban dari pertanyaan itu gak penting sih, karena saya tetap menganggap bahwa ingin berada dalam sepi adalah hal yang wajar dan perbuatan yang masih bisa dibilang waras. Tapi itu menurut saya. Apa hipotesa ini memang berlaku untuk umum atau hipotesa saya hanyalah sekedar opini subjektif yang berusaha untuk membenarkan tindakan yang belum tentu benar. Egois? Manusia kan memang ada sifat egois. Selama gak merugikan gak papa dong.
Seperti sekarang, saya ingin sekali berada dalam sepi. Lagi - lagi meranbah sepi. Sekedar untuk menghibur diri yang sedih. Tetapi saya gak ingin benar - benar sendiri di dalam sepi. Saya ingin ada seseorang yang menemani saya. Dia gak harus ada di dalam sepi; dan dia gak harus tau bila saya sedang berasa di dalam sepi. Hanya saja mencoba untuk mencari teman. Mencoba untuk mencari celah dalam rundungan masalah, siapa tau ada secercah sinar harapan yang bisa membuat saya merasa lebih baik. Pastinya saya baru saja mematahkan hipotesa saya sendiri : "It is better to be alone and lonely rather than lonely but You're not alone". Perasaan manusia sangat amat ajaib, tidak bisa diprediksi. Terlalu kompleks. Persis seperti mencoba untuk mengurai benang kusut. Sulit mencari pangkal dan ujungnya.
Terlalu berlebihan yaa ...? Maaf, hanya mencoba untuk meberikan pendapat. Sepi memang bisa menakutkan, tapi juga bisa menenangkan. Aneh yaa ... ciptaan Tuhan memang penuh dengan keajaiban. Sepi salah satunya. Dan saat ini saya mencoba untuk menikmati Sepi tanpa ingin mencoba untuk mengerti Sepi. Belum ... entah kapan. Something are better left to be unknown.
Thursday, June 28, 2007
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment