Wednesday, February 6, 2008

Sayap Patah Manusia Lemah

Bukan Malaikat memang, namun aku juga punya sayap. Aku bisa terbang kemanapun aku mau, kapanpun aku mau. Sayapku indah, putih, lebar terbentang. Bila Malaikat melihat sayapku, mereka mungkin akan iri. Sayapku beda dengan sayap mereka. Sayapku tidak dimiliki mereka. Sayapku sayap harapan. Ia yang selama ini membawaku terbang mengarungi angkasa mimpi, meraih bintang cita cita, menembus kabut ragu, menerjang angin cobaan dan kemudian kembali membawaku ke daratan kenyataan. Aku bangga dengan sayapku. Sayapku bisa membuatku melakukan apapun yang aku mau. Tapi ... saat ini sayapku terluka; sepertinya patah. Terluka oleh parang prasangka dan panah amarah. Aku terjatuh dari terbangku dan terperosok ke dalam lubang putus asa.

Sudah lama aku disini, di lubang ini. Bahkan terlalu lama. Ku coba gerakan sayapku tapi tak bisa. Sayapku terluka, aku terluka. Dan di sekelilingku hanya ada gelap dan hampa. Di lubang ini tidak kulihat adanya cahaya, bahkan ketika aku melihat ke atas. Tetap gelap. Sepertinya disini tak pernah ada pagi dan hangatnya matahari. Selalu malam dengan sedikit temaram. Aku meringkuk di sudut lubang, aku menangis hinga tergugu. Berharap ada keajaiban sembuhkan sayapku. Biar aku bisa bebas, terbang keluar dari lubang sialan ini. Usahaku tinggal do'a. Pun, aku tidak tau apakah diijabah.

Tunggu ... Aku mendengar suara. Mungkin ada orang di atas sana. Mungkin mereka bisa melihat dan menolongku. Dan aku benar. Aku melihat beberapa orang. Aku kenal mereka, sangat kenal. Mereka para kerabat dekatku. Aku tersenyum dan mengucap syukur. Pertolongan akhirnya tiba. Namun ... aku salah. Mereka hanya melihat dengan tatapan iba, lalu menggelengkan kepala sambil mengelus dada. Kenapa? Apakah aku mahluk hina? Lalu mereka pergi. Kenapa mereka pergi? Harusnya mereka menolong aku. Teriakanku sepertinya hanyalah sunyi bagi mereka. Sayapku makin sakit ... sakit sekali. Kembali aku mencari sudut gelap di dalam lubang gelap untuk sembunyi. Aku menangis lagi. Lagi lagi tergugu. Meringkuk di sudut sambil mendekap sayapku yang terluka. Aku kecewa, aku ingin tiada. Seperti embun yang menguap kala fajar datang. Ia hilang ... tanpa jejak, tak terlacak.

Tiba tiba aku melihat satu sosok di dalam lubang. Seorang anak kecil berwajah lugu namun bermata sayu. Ia menghampiriku lalu mendekapku. Ia hapuskan air mata dari wajahku, lalu Ia berkata "Sayapmu bisa sembuh". Aku terkejut, lalu aku bertanya "Bagaimana bisa, aku tak temukan obat untuk sayapku. Mungkin ada di luar sana, tapi saat ini aku terperangkap dalam lubang jahanam ini. Mana mungkin aku bisa sembuhkan sayapku?". Anak kecil menjawab dengan tetap bermata sayu "Keyakinan!!" Bila kau yakin, maka pasti kau bisa keluar dari sini. Keyakinan bisa sembuhkan sayapmu. Selama ini kau sulit yakinkan dirimu untuk bisa keluar dari sini dengan usahamu sendiri". Aku terkejut lagi. Anak ini, muncul tiba tiba dan langsung menasihatiku. Memangnya siapa dia?. Berusaha tenang aku lalu bertanya "Sebenarnya siapa dirimu anak kecil?" Dan jawabannya menyentakan aku "Aku nuranimu, hati kecilmu. Aku adalah kamu, maka dengarkanlah aku, percaya aku."

Aku terdiam. Mencoba untuk memahami semua kejadian ini. Namun sebelum nalarku menemukan jawab, anak itu perlahan menghilang sambil bertanya "Mengapa selama ini kau punggungi Tuhanmu?" Lalu Ia menghilang. Betul betul hilang. Menyatu dengan udara yang kuhirup, melebur dengan gelap yang tetap pekat. Lagi lagi aku terdiam, namun kali ini aku berdiri dan berjalan menuju dinding pinggir lubang. Aku menunduk dan berkata " Nurani, Aku tak punggungi Tuhanku. Aku hanya malu atas jutaan khilafku." Aku terdiam sebentar, lalu kuhadapkan wajahku ke atas "Aku pasti bisa, aku yakin bisa!!" Sayapku terasa sakit, aku pun berasa lemah. Namun aku ingin coba panjati dinding hingga tiba di mulut lubang. Aku inign keluar dari sini .

Aku terperosok. Sekali, Dua kali,Tiga kali. Belum berhasil. Sulit ... sangat sulit. Apa aku menyerah saja? Tidak, nuraniku yakin aku mampu, maka aku harus terus berusaha. Saat ini aku hanya berpikir tentang kebebasan. Lepas dan keluar dari lubang terkutuk. Bila nanti aku berhasil, aku kan berjalan dan mencari obat untuk sembuhkan sayapku. Agar aku bisa kembali terbang dan meraih bintang cita citaku. Bintang impianku. Aku mendongak, sudah bisa kulihat bintang bintang mimpi bersinar. Aku masih memanjat lubang, belum juga separoh jalan. Tapi nanti aku pasti keluar. Nurani, percaya padaku. Tuhan ... bimbing hambaMu.

" When Things go wrong and they sometimes will; when the road your trudging seems all up hill; when the funds are low and you want to smile buat you have to sigh; when care is pressing you down a bit; Rest if you must, but don't you quit!! "
(Author Unknown)

Garis Takdir telah ditentukan, namun bukan berarti kepastian. Merubah takdir bukan hal mungkir. Walaupun sulitnya sangat dan sangat amat.

Ini Selasa, Aku tetap berusaha ...